Wulan memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit. Suatu malam Wulan minta Romi mengantarnya ke suatu acara. Dan Romi tahu inilah kesempatan terbaiknya. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk obat perangsang yang sangat kuat, dan sebuah tustel. Maka malam itu sepulang dari acara sekitar jam 9 malam, Romi sengaja mengambil jalan memutar lewat pinggiran kota yang sepi.
Wulan terkejut merasakan sesuatu terjadi dalam tubuhnya. Ia merasa terangsang, sangat terangsang. Wulan tak tahu Romi sudah mencampur minumannya dengan obat perangsang dosis tinggi. Lelaki itu tersenyum melihat Wulan gelisah. Tiba-tiba Romi menghentikan mobilnya ditepi jalan yang sepi.
"Wulan, kau mau ini??" Romi tiba-tiba menurunkan retsletingnya, mengeluarkan penisnya yang talah mengeras dan membesar. Wulan menatapnya terkejut, tubuhnya lemas tak berdaya,
"J.. Jaangan. Romi. Aku.. Harus balik."
Romi menarik kepala Wulan, menundukkan gadis itu, menghadapkannya pada penisnya. Wulan tak bisa menguasai dirinya, langsung membuka mulutnya dan segera saja Romi mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Wulan.
"Akhh.." Romi mengerang nikmat.
Wulan menangis tak berdaya menahan gejolak nafsunya. Romi mulai menggerakkan kepala Wulan naik turun, mengocok penisnya dengan mulutnya. Suara berdecak-decak liur Wulan terdengar jelas. Tiba-tiba Romi menjambak rambut Wulan hingga Wulan tersandar kembali ke jok.
"Sudah..! Romi!! Sudah..!" Wulan menangis sesenggukan, terengah-engah.
Tubuhnya lemas. Romi dengan cepat menarik kaos ketat Wulan hingga lepas. Dada Wulan yang kencang menculat keluar. KemuWulan ia menurunkan retsleting jins Wulan dengan tak sabar, memelorotkannya hingga lepas. Tubuh Wulan yang langsing dan sintal itu kini hanya dibalut bra dan celana dalam katun hitamnya. Membuat Romi semakin bernafsu.
"Oii Wulan, kau ni seksi nian. Aku ingin nelanjangi kau.."
Romi menarik Wulan dan melentangkannya di jok belakang kijang itu. Wulan hanya mampu manangis sambil terengah engah. Romi menarik celana dalam Wulan dengan cepat, kemuWulan menarik putus branya. Wulan telanjang bulat. KemuWulan Romi mengambil sebuah tustel dan memfoto Wulan beberapa kali. Romi membukai pakaiannya sendiri dengan bernafsu.
Wulan terus menangis tak berdaya melihat kemaluan Romi yang besar dan panjang. Romi mulai mengangkangkan kaki gadis itu kemuWulan menindihi Wulan dengan bernafsu. Payudara Wulan yang kejal dan kencang disedot sedotnya hingga tubuh Wulan menggeliat geliat tak menentu.
"Ahh.. R.. Romi.. S.. Sudahh.. Jangan.."
Melihat Wulan menggeliat-geliat, menangis tak berdaya antara menikmati dan ingin berontak membuat Romi semakin bernafsu. Sementara mulutnya sibuk mengulum mulut Wulan, Romi mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Wulan. Wulan hampir menjerit ketika tiba-tiba Romi menekan pinggulnya keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam tubuh Wulan. Romi mulai menggenjot gadis itu. Kedua tangan Wulan ditekannya di atas kepala Wulan di atas jok, sementara ia mengayun, menyetubuhi Wulan dengan kasar dan bersemangat.
"Ohhs.. Shh. Oh. Wulan. Luar biasa.. Ssh.." Romi mendesis desis nikmat.
Wulan hanya bisa menangis tak berdaya, tubuhnya terguncang-guncang kasar, kijang itu terasa ikut berderit-derit bergerak mengikuti gerakan mereka berdua. Tiba-tiba Wulan merasakan seluruh tubuhnya mengejang dalam kenikmatan. Wulan mengerang dan menjerit keras, kemuWulan lemas. Ia orgasme. Sementara Romi tidak peduli terus menggenjot Wulan dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Wulan yang mengalir deras.
Romi berhenti bergerak kemuWulan membalik Wulan, menengkurapkankannya.
"Sss.. Sudah Romi. Sss sudah.. Jangan."
Wulan hanya bisa memohon dan menangis pasrah.
Romi tidak peduli, ia mulai membukai lubang anus Wulan dengan jari-jarinya.
"Aku ingin nyodomi kau Wulan.. Tahan." Romi terengah-engah bernafsu.
Wulan menahan nafas ketika dirasakannya kepala penis Romi yang besar mulai memaksa membuka lubang duburnya yang sempit.
"AAKKHH!! Ampunn. R.. Romi.. AkhhH!! SAKIT!!" Wulan meronta hingga Romi terjatuh dari jok.
Secara reflek Wulan membuka pintu mobil dan berlari keluar, namun perih di selangkangannya membuatnya limbung dan tersungkur di semak belukar. Mereka berada dipinggiran kota Palembang yang gelap dan penuh belukar. Romi segera menyergap dari belakang, memiting tangan Wulan kemuWulan mengikatnya. KemuWulan menyusul kedua kakinya. Wulan tertelungkup tak berdaya, menangis memohon,
"Ampun Romi.. Jangan.."
Tanpa menunggu lagi Romi kembali menindih punggung Wulan, kemuWulan memaksakan penisnya masuk ke lubang dubur Wulan.
"AKHH!!" Wulan menjerit kesakitan ketika Romi mendesak masuk, senti demi senti.
"Nikmati bae Wulann.. H!" Tiba-tiba Romi menekan dengan keras, membuat seluruh batang penisnya masuk ke dubur gadis itu.
Tubuh Wulan mengejang kesakitan. Pandangannya berkunang-kunang menahan sakit. Walaupun penis Romi sudah dibasahi cairan vaginanya, masih tetap terasa seret dan kesat. Kini Romi mulai mengeluarmasukkannya, dan setiap ia bergerak tubuh Wulan mengejang kesakitan. Wulan menangis dan mengerang kesakitan, namun hal itu malah membuat Romi semakin bernafsu menyodominya dengan kasar. Akhirnya Wulan lemas dan hanya bisa merintih kesakitan. Wulan di sodomi ditepi jalan, diatas semak belukar.
Tiba-tiba sekelebat cahaya senter membuat Romi yang tengah bernafsunya berhenti.
"Hei! Lagi ngapain itu!!" Tiga orang bertubuh tegap muncul.
Romi segera mencabut penisnya kemuWulan berdiri. Wulan ambruk kesakitan. Wulan hanya dapat melihat keempat lelaki itu berbicara tak jauh darinya, menunjuk-nunjuk dirinya sambil tersenyum-senyum. Tiba-tiba Romi menarik tubuh Wulan, mendudukannya, sementara ketiga orang tadi tiba-tiba membuka celana masing-masing.
"Tolong Pak. Aku diperkosa lanang inii!!"Wulan memohon mohon.
Tapi salah seorang dari orang itu tiba-tiba menjambak rambutnya kemuWulan mengarahkan penisnya kemulut Wulan.
"Aku dak peduli! Sekarang kulum punyo aku ini! kalau tidak kutembak disinila!!"
Wulan menangis ketakutan, ketiga orang itu malah minta jatah. Dengan terpaksa Wulan mulai mengulum dan mengemut batang penis milik orang itu, sementara dua rekannya dan Romi mendekatinya.
Orang itu menarik kepala Wulan lepas dari penisnya. Penisnya sudah menegang penuh, besar dan panjang. Mereka membentang terpal ditepi jalan, kemiWulan orang itu melentangkan tubuhnya. Temannya mengangkat tubuh Wulan dan mengangkangkannya diatas rekannya tadi. Ketika penisnya tepat berada di vagina Wulan, mereka menarik tubuh Wulan hingga penis orang itu masuk dengan lancar ke selangkangan Wulan.
Wulan menangis ngilu dan perih. Wulan ditengkurapkan. Sementara vaginanya terus dipompa dari bawah, seseorang dari mereka memaksa Wulan membuka mulutnya dan mengulum penisnya. Kepalanya dipegang erat-erat kemuWulan digerakkan maju mundur dengan kasar. Sementara yang satu lagi meremas remas kedua payudara Wulan, memilin-milin putingnya yang coklat dan runcing. Romi tiba-tiba berlutut di belakang Wulan, kemuWulan kembali memaksa masuk ke dubur Wulan. Tubuh Wulan menegang dan mengejang kesakitan. Jeritannya tertahan karena mulutnya tersumbat penis.
Wulan hanya bisa menangis dan mengerang merintih tertahan. Romi mulai memompa dubur Wulan dengan bernafsu. Bergiliran dengan orang yang memompa vaginanya dari bawah. Tiba-tiba Romi mengerang dan menekankan penisnya sedalam-dalamnya ke dalam anus Wulan, bersamaan dengan itu Wulan dapat merasakan semburan spermanya mengisi duburnya. Belum sempat Wulan bernafas normal, seorang yang tadi sibuk dengan payudaranya menggantikan posisi Romi, menduburinya dengan kasar, dengan bantuan sisa sperma Romi di anusnya. Peluh sebesar jagung mengalir disekujur tubuh Wulan, bercampur dengan peluh pemerkosanya.
Romi mengambil tustel di mobilnya kemuWulan memfoto adegan Wulan yang diperkosa tiga lelaki bersamaan, disemua lubang ditubuhnya, vagina, anus dan mulutnya. Wulan yang telanjang bulat tengkurap diatas pemerkosanya yang memeluknya erat, sementara seorang lagi yang tengah mengerjai duburnya dengan semangat mencengkeram pinggulnya, dan seorang lagi menjambak rambutnya memaju mundurkan kepalanya, memaksa Wulan mengulum penisnya.
Hingga tiba-tiba kepala Wulan dipegang erat, penis dimulutnya dimasukkan hingga ke tenggorokannya, kemuWulan cairan sperma mengalir deras mengisi rongga mulutnya.
"Telenn!! Semua! Cepat! Aakhh!" Wulan gelagapan tak bisa bernafas terpaksa menelan semua cairan kental itu. KemuWulan lagi-lagi cairan sperma memuncrat mengisi dubur dan vaginanya. Wulan pingsan. Ketika sadar ia sudah didalam mobil, berpakaian lengkap, Romi menyeringai disebelahnya.
Seminggu setelah kejaWulan di tepi sungai Musi itu, Wulan tengah menunggu rumahnya di daerah pasar 27 Palembang itu sendirian. Seluruh isi rumah pergi menginap di Kertapati karena ada acara keluarga, kecuali 2 keponakannya yang masih berumur 5 tahun. Jam 9 malam ketika Romi tiba-tiba muncul.
"Pergi dari sini!" Wulan berusaha mengusir Romi.
Namun dengan santai romi mengeluarkan beberap lembar foto dan diletakkannya di atas meja. Gadis ini miliknya, dan entah mengapa ia sangat terangsang jika melihat Wulan tersiksa.
Wulan terpucat melihat foto-foto yang diletakkan Romi diatas meja. Itu foto telanjangnya dan foto-foto adegan ketika ia digagahi beramai-ramai oleh orang malam itu.
"Nah, Wulan sekarang nurut bae.. Tenang bae, aku janji tidak maen kasar." Romi menyeringai sambil mengelus paha Wulan.
Wulan memang disuruh menjaga rumah itu sendirian bersama kedua ponakannya yang masih kecil yang sudah tidur. Hujan turun deras membuat udara malam itu dingin menggigit. Wulan diam pasrah ketika Romi menariknya ke belakang.
"Tenang be Wulan, kalau tidak nurut foto kau, kusebarkan di kampung kau. Biar tahu kalau kau biso dipakek."
Romi menarik Wulan kedapur, pintu depan belum ditutup. Wulan mendesis tak berdaya.
"Tenang bae, Wulan. Aku cuma sebentar.."
Romi mulai meraba-raba payudara Wulan yang kencang, Wulan memang sudah bersiap tidur hanya mengenakan t shirt dan celana pendek saja. Puting susu Wulan yang runcing tampak menonjol keluar ketika Romi terus menggerayangi dada Wulan. Wulan me ng gigil ketika baju kaosnya ditarik ke atas lepas oleh Romi. Dengan tangannya Romi menarik tangan Wulan yang berusaha menutupi dadanya yang telanjang kemuWulan mulai menggerayangi payudara gadis itu dengan mulut dan lidahnya.
Wulan hanya dapat tersandar ketembok yang dingin sambil meringis-ringis ngilu ketika Romi menggigiti putingnya sementara tangannya dengan leluasa memelorotkan celana pendek Wulan hingga jatuh ke lantai. Romi terbelalak melihat celana dalam sutra Wulan yang berwarna putih dengan motif bunga itu begitu mini dan seksi. Tanpa menunggu lagi jilatan Romi turun ke perut Wulan yang rata, pusarnya, kemuWulan lambat laun celana dalam Wulan menyusul jatuh ke lantai. Romi melempar semua busana Wulan jauh ke sudut. Dengan sedikit paksaan Romi membentang paha Wulan kemuWulan menjilati vagina Wulan
"Ohkk.."
Wulan terdongak merintih ngilu, antara rasa nikmat, marah dan malu menguasai dirinya ketika kedua tangan Romi mencengkeram pantatnya, membuka lebar vaginanya kemuWulan menjilatinya dengan bernafsu. Nafas Wulan terengah-engah tak terkendali mencoba menahan dirinya agar tidak terangsang.
Romi berdiri kemuWulan membuka baju dan celananya, hingga pakaian dalamnya, kemuWulan memegang penisnya yang panjang dan besar.
"Isep Wulan, ayo. Kalau tidak ingin dikasari."
Wulan terpaksa berlutut dihadapan Romi, kemuWulan mulai menjilati batang penis Romi. Wulan memejamkan matanya kemuWulan mulai mengocok Romi dengan mulut dan lidahnya. Romi menjambak Wulan kemuWulan menggerakan kepala Wulan maju mundur, menyetubuhi mulutnya. Suara berdecak-decak terdengar jelas disela deras air hujan. Wulan berusaha semampunya agar Romi puas dan berhenti, ia menjilat, mengulum, mengocok sebisanya, mengingat film-film BF yang pernah dilihatnya. Romi mengerang-erang nikmat, tubuhnya sampai tersandar ke meja dapur,
"Ahh. Ohh. Wulann. Kau memang seksi dan pintar.. Ohh.."
Tiba-tiba Romi menarik tubuh Wulan kemuWulan mendudukkannya di atas meja pantry. Wulan hanya diam sambil terengah-engah ketika Romi mengangkangkan kedua pahanya kemuWulan mulai menekan pinggulnya. Wulan meringis ngilu ketika penis Romi yang keras dan besar itu menerobos vaginanya. Romi mulai menyetubuhi Wulan, memperkosanya dengan bertubi-tubi. Wulan hanya mendengus-dengus menahan diri. Kedua tangannya mencengkeram pinggiran meja dengan kencang. Peluh membasahi tubuh mereka berdua. Wulan memejamkan matanya berharap Romi selesai, sementara lelaki itu terus menyentak-nyentak, mengeluar masukkan rudalnya ke dalam tubuh Wulan yang padat dan langsing.
Wulan terperanjat ketika membuka matanya, Ada lima lelaki bertubuh besar telanjang bulat di dapur itu! Ternyata Romi membawa teman-temannya dan mereka menunggu di mobil.
" Apa-apaan ini, Romi!!" Wulan berontak melepaskan diri.
Tapi ia tersudut disudut ruangan. Keenam lelaki itu mengepungnya.
"Sudahlah Wulan. Kalau kau njerit tidak ada yang denger jugo. Paling ponakan kau tula. Pintu depan la kami kunci, lampu la kami matike. Kau pasti dikiro sudah tidur.. He.. He. Nurut bela.., aku janji tidak kasar, entah kawan-kawan akuni..!"
Romi dan kelima temannya menyeringai bernafsu. Tubuh Wulan lemas, ia tak dapat melakukan apa-apa lagi selain pasrah. Tangannya ditarik ketengah ruangan, kemuWulan disuruh berjongkok.
"Ayo! Sedot punyo kami sikok-sikok!"
Enam batang penis disodorkan diwajah Wulan. Dan sambil menangis Wulan terpaksa mulai meng'karaoke'nya bergantian.
"Ohh.. Hebat nian Romi, betino kauni!!"
"Akhh. Aku.. Nak. Keluarr.."
Srett.. Srrtt..
Kepala Wulan dipegangi beramai-ramai sehingga ia terpaksa menelan sperma mereka satu demi satu.
"Kato kau segalo lubang Wulan ni biso dipakek?"
"Iyo! Ayo kito juburi rame-rame..!!"
Wulan menangis mendengarnya, "Jangann.. Ampun.. Sakit.."
Dengan cepat mereka menarik tubuh Wulan dan menengkurapkannya di lantai. Kelima lelaki itu mengeroyoknya, ada yang memegangi tangannya, menahan kakinya dan menunggingkan pantatnya, ada yang menahan kepalanya hingga Wulan benar-benar tak dapat bergerak. Salah seorang dari mereka mengambil botol minyak goreng di dekat kompor.
"Kami baik kok, Wulan, biar tidak sakit, kami minyaki dulu."
Yang lain tertawa tawa, Wulan dapat merasakan minyak goreng itu dituangkan dibelahan pantatnya, kemuWulan terasa jari jemari mereka mengusap-ngusap pantatnya, membukai lubang anusnya kemuWulan menusuk-nusuknya beramai-ramai. Wulan menangis dan merintih nyeri ketika lubang anusnya dibuka paksa oleh jari-jari itu. Setelah dirasa cukup salah seorang dari mereka mulai berlutut dibelakang Wulan tepat dibelahan pantatnya. Wulan hanya dapat melolong dan menangis tak berdaya ketika dirasakannya batang kemaluan itu melesak masuk ke duburnya.
Wulan mulai disodomi dilantai dapur itu. Sebuah penis disodorkan diwajahnya.
"Isep dulu Wulan, kalau tidak kami sodomi serempak tigo!!"
Wulan terpaksa mulai megulum-ngulum penis lelaki yang berlutut dihadapannya. Sementara lelaki yang dengan kasar menyodominya terus menyentak-nyentak. Wulan melihat sekilas salah seorang dari mereka mengambil sebuah terong panjang besar berwarna ungu dari kulkas. Tiba-tiba dirasakannya sesuatu yang dingin dan keras menerobos vaginanya.
"Nghh..!!"
Wulan hanya mampu melenguh perih karena mulutnya terbungkam. Seorang lelaki mengeluar masukkan terong itu ke vaginanya sementara duburnya disodomi.
"Biar tepakek galo lubangnyo!!"
Mereka tertawa-tawa puas. Tiba-tiba lelaki yang sedang menyodominya mengerang dan menyodok dengan keras. Wulan dapat merasakan cairan sperma yang hangat tumpah di anusnya. KemuWulan rekannya segera mengambil alih posisinya menyodomi Wulan. Tiba tiba lelaki yang dari tadi di'karaoke' oleh Wulan berbaring terlentang, dengan isyarat ia me mi nta teman-temannya menarik Wulan ke atas tubuhnya. KemuWulan menarik tubuh Wulan hingga penisnya masuk ke vagina gadis itu. Bless.
"Aarhh..!!" Wulan mengerang kesakitan, sebelum sebuah penis lagi maenyumbat mulutnya.
Wulan kembali diperkosa tiga orang sekaligus. Payudaranya diremas-remas dengan kasar hingga Wulan merasakan sakit bukan hanya dari dubur dan vaginanya yang dikocok paksa tapi juga dari buah-dadanya yang dipilin dan diremas dengan kasar. Tiba-tiba kedua tangannya ditarik kemuWulan dilumuri minyak sayur. KemuWulan dipegangkan pada penis dua lelaki lain. Wulan tertelungkup, dipeluk erat dari bawah, sementara vaginanya dipompa dengan kasar, seorang lagi menyodominya seperti binatang, seorang lagi memaksanya menghisap penisnya, menyetubuhi mulut Wulan dengan menjambak rambutnya, sedangkan dua lagi minta dikocok dengan kedua tangan Wulan.
Dan setiap salah seorang mencapai kepuasan, yang lain segera menggantikan posisinya, hingga pagi menjelang. Matahari mulai muncul ketika Romi menyentak-nyentak dubur Wulan dengan keras dan
"Oohh.."
Ia menyemburkan spermanya dipantat Wulan. Wulan pingsan. Ia tertelungkup telanjang bulat diatas lantai. Sperma berlepotan di perut, punggung dan wajahnya.
Mereka tidak sadar jendela terbuka dengan lampu menyala. Beberapa pemuda di rumah sebelah menyaksikan semuanya. Bahkan mereka memfoto dan memfilmkan kejaWulan itu. Bahkan dengan aneh, Romi membiarkan pintu dapur terbuka ketika pulang.
Keenam pemuda berandal itu segera bergegas ke rumah Wulan. Wulan baru saja sadar. Dubur dan vaginanya perih. Ia tertelungkup di lantai dapurnya, telanjang. Sperma kering berceceran di sekujur tubuhnya. Ia tersentak ketika lampu blits menyala. Betapa terkejut Wulan melihat enam pemuda tetangganya berdiri mengelilinginya, sibuk memfoto tubuh telanjangnya sambil menyeringai.
"Kami liat galo Wulan."
Mereka tersenyum mesum sambil menatap tubuh Wulan.
"Ternyata kau biso dipeke jugo.."
Wulan menangis tak berdaya ketika mereka membopong tubuhnya ke kamar tidurnya. Tubuhnya masih lemas. Dengan mudah tubuhnya ditelungkupkan diatas ranjangnya.
"Jangann. Gek ponakan aku bangun.. Jangan.." Wulan menangis tak berdaya.
Ia tahu mereka tak segan-segan menyebarkan fotonya. Jika itu terjadi entah bagaimana nasibnya di kampung itu.
"Diem Wulan, gek kami jago supayo mereka dak masuk. Sekarang nurut bae.."
Seseorang dari keenam pemuda itu membuka ccelananya. Mengangkat pantat Wulan. KemuWulan mulai menyodomi anus Wulan.
"Uhh uhh! Uhh!" seperti binatang ia mulai menyentak-nyentak dubur gadis itu.
Wajah Wulan terbenam diatas kasur, meringis dan menangis tak berdaya, sementara kelima pemuda lain telah membuka celana masing-masing sambil mengocok kemaluannya memperhatikan Wulan yang terengah engah tak berdaya. Anusnya perih dan kesat. Hingga tiba-tiba pemuda itu menekan keras. Wulan menggigit seprei menahan sakit. Sperma pemuda itu muncrat mengisi anus Wulan, bertubi tubi.
"Aaahh.. Alangkah enaknyoo."
Ia terkulai lemas. Menarik penisnya dari anus Wulan. Begitu pemuda pertama selesai, yang kedua segera mengganti posisinya. Menyodomi Wulan dengan brutal. Wulan hanya bisa melolong tertahan. Tertelungkup sambil menggigit sepreinya kencang. Keenam pemuda itu menggilir Wulan di pantatnya. Cairan sperma kental mengalir keluar dari duburnya, bahkan ketika pemuda terakhir mencabut penisnya, Wulan tak sadar mengeluarkan kotorannya. Muncrat bersamaan dengan sperma pemerkosanya.
Mereka berenam tertawa. Wulan lemas ketika dilentangkan. KemuWulan lelaki yang selesai meyodominya tiba-tiba duduk didada Wulan,
"Ayo suruh ngisep taiknyo dewek!" penisnya yang berlumuran kotoran Wulan yang kental kuning dan bau itu disodokkan ke mulut Wulan. Sementara rekannya yang lain memeggangi kepalanya. Wulan terbelalak dan meronta ronta. Lelaki itu menyetubuhi mulutnya. Dan Wulan dapat merasakan cairan asam, pait dan busuk itu memenuhi mulutnya. Wulan meringis menahan muntah. Tapi mereka tak peduli. Wulan tergeletak tak berdaya di atas ranjangnya. Keenam pemuda itu segera keluar. Diluar suasana mulai ramai.
"Wulan, kalau tidak galak diglir sekampung, layani kami berenam!! Setiap kami ingin!" Ancam mereka. Dan Wulan hanya sanggup menangis. Sejak kejaWulan malam itu Wulan tak menyadari bahwa foto-fotonya sengaja disebar semua pemuda berandal di kampungnya. Dan Wulan tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
Hari menjelang malam, ketika Wulan pulang terburu buru melewati gang sempit itu. Tiba-tiba lengannya dicekal. Tono, salah seorang yang memegang fotonya menarik Wulan ke balik pagar seng kumuh.
"Jangan Kak. Dak galak aku." Wulan menangis ketika melihat Tono sudah memelorotkan celananya.
"Terserah, kalau dak galak kusebar ke foto kau, biar lanang sekampung tahu kau biso dipake"
Wulan dipaksa berjongkok.
"Ayo, isep."
Wulan dipaksa mengoral Tono. Tempat itu adalah bekas pembuangan sampah yang sudah dipagari seng. Wulan dengan jengah memasukkan penis Tono ke mulutnya, kemuWulan mulai menyedot dengan cepat, berharap Tono segera ejakulasi. Tono mencengkeram kepala Wulan yang bertopi itu kemuWulan menyetubuhi mulutnya. Diluar rumah Wulan memang mengenakan topi. Dan hal itu malah semakin membuatnya merangsang.
"Pelorotkan jins kau Wulan.."
Tono menarik Wulan berdiri. Wulan memang mengenakan kaos ketat dan jins ketat, walaupun berkerudung. Wulan menangis, tapi ia tahu percuma membantah. Perlahan ia membuka kancing jinsnya kemuWulan menurunkan retsletingnya. Tono menelan ludah ketika jins itu merosot ke mata kaki. Wulan mengenakan celana dalam mini berenda.
"Ayo, nunduk! Cepat."
Wulan dipaksa berpegangan pada sebuah bekas meja. KemuWulan celana dalamnnya dipelorotkan menyusul jinsnya. Tono telah ngaceng berat. Tanpa ba bi Bu lagi ia menyodokkan penisnya ke vagina Wulan dari belakang.
"Ukhhnnghh. Nghh!" Wulan merasa ngilu di selangkangannya. Tono merasakan vagina Wulan yang kering dan kesat menjepit penisnya, menimbulkan kenikmatan.
"Jeritlah kalau berani Wulan. Uh! Uh! Uh!"
Tono mulai menyetubuhi Wulan. Menyodok nyodok Wulan hingga tubuhnya tersentak sentak. Wulan mencengkeram pinggiran meja itu keras, menggigit bibirnya menahan jeritan kesakitan. Di samping seng terdengar beberapa orang lewat. Wulan mati-matian menahan jgn sampai bersuara. Tono yang melihat itu semakin bernafsu memperkosa Wulan. Kaos Wulan digulungnya hingga leher sehingga ia bebas meremas remas payudara Dia n yang bundar menggantung. Bahkan Tono mencabut penisnya dan memindahkannya ke lubang dubur Wulan.
"Ngngkh!! Nghh!!" Wulan menggigit bibirnya.
Hampir terjerit. Dan Tono menungganginya seperti anjing. Hingga, croott.. Crrt.. Crrt. Spermanya memancar mengisi dubur Wulan. Tono meremas buah pantat Wulan dengan keras. Ia mencabutnya perlahan.
"Ohh.. Nikmat Wulan. Besok lagi yo he he he." Tono membenari celananya sambil menyeringai. Meninggalkan Wulan yang terduduk lemas. Jin dan celana dalamnya di mata kaki.
Wulan pamit menginap dirumah temannya malam itu. Walaupun hari sudah malam ia nekad naik bis kota. Awalnya bis itu ramai. Tapi ketika memasuki km 7 yang mulai sepi isi bis itu hanya 6 orang pemuda ditambah kenek dan sopir.
"Eh Wulan! Kebetulan."
Wulan terkejut. Keenam pemuda itu kebetulan yang memiliki foto dirinya. Wulan segera mengetuk kaca supaya bis berhenti. Terlambat. Sopir dan kenek bis ikut menyeringai menatapnya. Wulan menangis menyadari ia berada di kandang macan.
"Ayo!"
Wulan ditarik ke tengah bis. Tanpa aba-aba keenam pemuda itu telah mengerubungi gadis itu. Menarik kerudungnya lepas, sebagian memelorotkan jinsnya dan melepas kaosnya. Wulan meronta-ronta. Lampu bis itu menyala. Walaupun berada di pinggiran kota yang sepi orang dari luar dapat melihat jelas ia ditelanjangi. Tapi keenam pemuda itu terus memeganginya. Ia memakai bra dan celana dalam berenda biru yang kontras dengan kulit putih dan tubuh langsingnya.
"Jangan kak.. Dijingok uwong."
Wulan menangis tak berdaya sementara tangan-tangan kasar itu menggerayangi tubuhnya, meremas buah dadanya, pinggul dan selangkangannya. Menyelusup di underwearnya. Tiba-tiba bis berhenti menepi. Diluar hutan. Sopir dan kenek ikut mengerubunginya. Wulan dikeroyok 8 laki-laki yang haus birahi. Sementara kedua tangannya dipegangi, celana dalam dan branya dilepas. Wulan telanjang bulat ketika digotong keluar. Wulan dipaksa memeluk sebuah batang pohon kemuWulan tangannya diikat melingkari pohon tersebut dengan tali branya sendiri.
Dan mulailah mereka bergiliran menyetubuhi Wulan. Tubuhnya agak ditundukkan, kakinya direntangkan. Dan mereka menungganginya bergiliran. Wulan hanya dapat memeluk pohon itu erat. Ia diperkosa sambil berdiri agak tertelungkup. Payudaranya yang menggantung diremas-remas kasar. Bahkan setelah puas menggagahinya, mereka bergiliran pula menyodomi gadis itu. Wulan dijadikan alat pemuas nafsu oleh 8 lelaki. Ketika lelaki ke-8 selesai meyodominya, Wulan pingsan.
Ia terbangun masih terikat telanjang bulat di pohon itu. Hari mulai pagi. Mulutnya dibungkam dengan celana dalamnya sendiri. Tangannya diikat dengan branya. Disebelahnya ada tasnya. Dengan KTP yang diletakkan dan dompet yang dibuka. Semua dapat melihat siapa namanya, juga alamatnya. Dan sebuah kertas diletakkan ditanah. Tertulis besar.
"Namaku Wulan, juburi aku, perkosa aku, gratis!"
Wulan panik dan meronta. Ia berada di tepi jalan. Seketika sebuah truk orang berhenti melihat gadis telanjang, siap menungging. Sekompi orang turun sambil tertawa dan menyeringai bernafsu.
"Ayo kita kabulkan permintaan gadis ini!!"
Wulan berusaha meronta ketika orang pertama berdiri di belakangnya, kemuWulan mulai menggagahinya bertubi tubi.
"Mmmffhh!! MMhh!! Nghh!".
Ketika sadar Wulan mendapatkan dirinya di pinggiran kota Palembang. Tergeletak di tepi jalan dengan berpakaian lengkap. Tanpa pakaian dalamnya.
Malam tahun baru. Wulan menghabiskan waktunya di keramaian bundaran air mancur di kota Palembang bersama teman-temannya. Suasana sangat ramai. Ia tak tahu beberapa pasang mata mengikuti gerak geriknya.
"San, aku nak kencing dulu!"
Teriaknya Diantara hingar bingar suara massa dan terompet, teman-temannya mengangguk sambil terus bersenang-senang. Wulan bergegas menerobos kerumunan dan mencari WC umum yang terletak di belakang monumen. Beberapa lelaki mengikutinya. Wulan baru saja menunaikan hajatnya ketika mendadak pintu didobrak. Ia menjerit ketika beberapa laki-laki mencengkeramnya, menarik dan membopong tubuhnya keluar. Celana dalam dan jinsnya masih menggantung di betisnya. Mulutnya dibungkam dan ia dibopong ke taman yang cukup gelap.
Wulan ditelungkupkan diatas rumput. Sementara kedua tangannya dipegangi, sesuatu yang keras melesak di duburnya. Wulan menjerit kesakitan, namun suaranya tersamar oleh teriakan keramaian yang hanya berjarak 5 meter dari tempatnya diperkosa. Wulan dapat merasakan jins dan celana dalamnya dilepas. KemuWulan blus ketatnya ditarik paksa, juga kerudungnya.
Dia ditelanjangi di tempat umum. Wulan merasakan lelaki yang menyodominya menyodok lebih dalam dan deras sebelum ia bergetar dan cairan spermanya memancar mengisi anusnya yang perih. Wulan hanya mampu menangis. Kini kedua tangannya diikat ke pohon bougenvil dengan branya sendiri, terentang lebar. Ia tertelungkup dengan posisi menungging.
"Ayo, giliran." terdengar suara laki-laki.
Mata Wulan ditutup dengan kerudungnya sendiri. Ia benar-benar tak berdaya. Tak tahu siapa saja yang akan memperkosanya. Seseorang mulai menungganginya lagi, menyetubuhinya dari belakang. Pinggulnya dicengkeram keras. Setelah selesai, beberapa jari te rasa membukai lubang anusnya lagi, kemuWulan seseorang mengisinya dengan minyak goreng.
"Biaar dak sakit Wulan.. Kau jadi lonte malam ini. He he he."
Wulan menjerit jerit ketika sesuatu yang keras lagi-lagi melesak di dubburnya dan menyentak-nyentak. Para tukang becak, sopir angkot, dan kuli-kuli berkumpul mengantre menyodomi Wulan. Sementara Budi dan kawan-kawan, pemuda yang memergoki Wulan waktu pertama mengawasi dengan puas. Setiap lelaki membayar seribu rupiah untuk membuang sperma mereka di anus dan vagina Wulan malam ini. Bahkan beberapa Diantara mereka memaksa menyetubuhi mulut Wulan dan menyemprotkan spermanya dimulut gadis itu. Budi benar-benar puas mlihat Wulan tak berdaya seperti itu. Bahkan ia pergi ke bundaran yang masih ramai dan mengundang para pemuda tanggung untuk memakai Wulan. Wulan terikat diatas rumput dengan posisi yang benar-benar siap pakai. Maka para pemuda itu mengantre pula menyodomi Wulan. Segera saja taman gelap itu menjadi ramai. Setiap selesai memakai Wulan, mereka pergi bercerita pada rekan lain. Bahkan seorang pemuda dari Kertapati langsung menelpon rekan-rekannya dengan HP.
Tiga mobil kijang yang penuh pemuda segera tiba. Bebrapa bahkan masih SMP. Budi semakin bernafsu. Lelaki yang mengantre Wulan semakin ramai. Bahkan mereka tidak sabar dan memakai Wulan beramai-ramai. Teriakan dan tangisan Wulan semakin membuat mereka bernafsu. Wulan dipakai ketiga lubang tubuhnya sekaligus. Sementara tubuh telanjangnya dilentangkan dibangku taman, kedua kakinya dikangkangkan lebar, sehingga para pemerkosanya dengan leluasa menyetubuhi vagina dan anusnya sesuka hati. Sementara kepalanya yang terjuntai diujung bangku sengaja dipegangi dan mereka menytubuhi mulutnya. Sementara kedua tangannya terus dipegangi dan kedua payudaranya disudot kanan kiri. Wulan beberapa kali hampir mati tersedak ketika mulutnya disetubuhi dengan brutal. Mereka terkadang sengaja menutup hidung Wulan sambil menekankan penis mereka ke dalam mulutnya.
Dan semakin Wulan panik karena tak bisa bernafas mereka semakin bernafsu. Pemerkosaan semakin brutal ketika serombongan tukang becak yang mabuk mengeroyok Wulan. Sementara mulut, vagina dan anusnya disodok-sodok, buah dadanya digigiti dan diremas kasar, bahkan perut Wulan yang rata dan mulus dipukuli hingga Wulan hampir pingsan. Akibatnya ketika penis ditarik dari anusnya, kotoran Wulan ikut muncrat tak terkendali.
Wulan benar-benar dilecehkan. Ia diperkosa, disodomi, dan dipaksa oral sex bergiliran oleh puluhan lelaki ditengah taman kota, ditengah keramaian, dan kini ia dipaksa membuang hajat. Siksaan terakhir adalah ketika tukang becak itu memegangi tubuh telanjang Wulan diatas rumput. Kedua tangan dan kakinya direntangkan lebar. Sementara yang lain memegangi kepalanya dan memaksa Wulan membuka mulut lebar-lebar. Saat itulah salah seorang darri mereka menyendoki kotoran Wulan dari anusnya kemuWulan menjejalkan ke mulutnya. Wulan dipaksa memakan taiknya sendiri.
Bahkan ketika Wulan menolak mereka lagi-lagi memencet hidung Wulan hingga tak bisa bernafas, Wulan menjerit histeris tak berdaya ketika dirasakannya taiknya yang asam, pahit dan busuk itu masuk ke tenggorokannya.
Para penyiksanya tertawa puas. Seorang dari mereka memasukkan penisnya kemulut Wulan dan dengan lancar kencing dimulutnya. Sementara yang lain memegangi Wulan dengan erat. Wulan benar-benar diperkosa dan dilecehkan habis-habisan malam itu.
Ketika polisi datang jam 4 pagi pemerkosaan itu baru berhenti. Mungkin ada sekitar 100 penis yang sudah dijejalkan pada mulut, anus dan vaginanya. Wulan pingsan tak berdaya, sekujur tubuh dan wajahnya penuh sperma kering.
E N D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar